HARI
SUCI AGAMA HINDU
BESARAKAN PAWUKON
Disusun
Oleh :
Ni
WAYAN DARMASUCI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2012/201
1.
HARI
RAYA SARASWATI
Sembahayang
kehaqdapan Sang Hyang Saraswati pada hari raya Sarasvati atau pada
memujanya sebagai sarasvati .
omSarasvati namastubhyam
varade kama rupini ,
siddhrambha karisyami
saddhir bhavantu me sada
Stuti &
Stava 839.1.
Artunya:
Om Hyang Sarasvati
dalam wujud –Mu sebagai
pemberian berkah, terwujud dalam
bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan
selalu sukses atas karunia-Mu.
Hari raya Saraswati merupakan
manifestasi-Nya sebagai Dewanya Ilmu pengetahuan, yang juga disebut hari
Pawedalan Sang Hyang Haji Saraswati.
Saraswati adalah hari suci yang
dimulaikan oleh para pelajar,guru, orang
yang menekuni berbagai cabang ilmu pengetahuan serta rohaniawan. Hari
Saraswati yang datang setiap 6 bulan sekali atau 210 hari , ini jatuh pada hari sabtu Umanis wuku Watugunung.
Perayaan Hari Raya Saraswati bertujuan untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam
kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan
dan ilmu kesucian . pada hari raya saraswati ini semua buku-buku suci
,lontar –lontar dan lainnya diberikan uparcara sebagai lambang pemujaan Dewi
Saraswati sebagai dewi Ilmu pengetahuan . Pada malam harinya diadakan malam
sastra yang disebut dengan sambang samadhi. Kegiatan ini biasanya dilakukan
dengan bagadang semalam suntuk dengan
membaca kitab-kitab suci dan mendharmatulakan (mendiskusikan) isinya . Keesokan
harinya pada hari minggunya wuku sinta disebut Banyu pinaruh.Pada hari itu umat
hindu pergi kelaut atu pergi ketempat
tirta yang suci ,untuk memohon berkah anugrah dari Dewi Sarasvati.
Dewi Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma sebagai lambang penciptaan
Ilmu pengetahuan yang suci. Dewi Saraswati digambarkan dengan dewi yang sangat
cantik dan bertangan empat yang masing-masing membawa alamat-alamat sebagai
berikut:
Tujuan lain pelaksanaan hari raya
Saraswati yaitu ilmu pengetahuan merupakan harta yang tak trenilai harganya ,
sebab selama manusia itu hidup , ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak akan habis atau berkurang malahan akan bertambah terus sesuai
dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan.Lainnya dengan harta benda yang
sewaktu –waktu bisa habis , kalau tidak cermat memanfaatkannya. Ilmu
pengetahuan merupakan senjata yang utama dalam meningkatkan kehidupan di dinia
ini. Orang bisa mencapai kedudukan yang terhormat kewibawaan, kemuliaan kalau memiliki Ilmu
pengetahuan yang tinggi
2. Galungan.
A. PENGERTIA GALUNGAN
Hari raya Galungan
merupakan hari suci Agama Hindu berdasarkan Pawukon yang datangnya setiap 6
bulan sekali , tepatnya hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan yang merupakan puncak
upacara peringatan terhadap hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Sebagai
hari pawedalan jagat dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setioap
tempat-tempat suci, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sembahyang.
Dua
hari sebelum Galungan, yaitu pada hari
senin Pon Wuku Dungulan adalah hari Penyajan Galungan. Hari ini dipergunakan
sebagai persiapan membuat jajan , juga dimaksudkan sebagai hari-hari yang patut diwaspadai terhadap godaan Sang
Kala Tiga Wisesa dalam wujud Bhuta Dungulan. Hari penyajan bermakna sebagai
hari kesungguhan hati untuk menyambut dan merayakan Galungan.
Sehari
sebelum Galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan disebut hari
penampahan. Pada hari ini dilaksanakan untuk memotong hewan, membuat sate, dan
lawar untuk sesajen. Sedangkan pada sore hari setelah selesai memasak diselenggaraka upacara Mabyakala
dan lanjut para Bapak atau pemudanya
mulai memasang Penjor.
B. Makna Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan
mengandung makna untuk pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
telah diciptakan dengan segala isinya. Selain itu juga galungan merupakan hari
kemenangan Dharma melawan Adharma. Galungan juga merupakan suatu upacara sakral
yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup
yang berasal dari Adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran
(dharma) dalam diri manusia.
Selain itu juga memberi
kemampuan untuk membeda-bedakan
kecenderungan kedewaan (dewa sampad) dan kecenderungan keraksasaan (asuri
sampad).
Mengenai makna Galungan, dalam lontar Sunarigama
dijelaskan sebagai berikut :
Budha
Kliwon Dungulan ngaran Galungan patitis ikang janyana Samadhi , galang apadang maryakena sarwa
byapaning idep.
Yang artinya : Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan
, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk
melenyapkan segala kekacauan fikiran. Jadi inti galungan adalah menyatukan
kekuatan rohani agar mendapat fikiran dan pendirian yang tenang.
Bersatunya
rohani dan fikiran yang terang inilah
wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan fikiran itu adalah wujud
adharma. Dari konsepsi lontar sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa
hakikat Galungan merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
C. Histori Hari Raya Galungan
Hari
raya galungan diperkirakan sudah ada di Indonesia sejak abad ke XI. Hal ini
didasarkan atas antara lain :
Kidung Panji Malat Rasmi dan Paraton kerajaan Majapahit. Perayaan
semacam ini di India dinamakan hari raya Sraddha Wijaya Dasami.
Di
Bali sebelum pemerintahan raja Sri Jaya Kusunu, perayaan Galungan pernah tidak
dilaksanakan, oleh karena raja-raja pada jaman itru kurang memperhatikan
upacara keagamaan.
Hal
tersebut dapat mengakibatkan kehidupan rakyat sangat menderita dan umur
raja-raja sangat pendek-pendek. Kemudian setelah Sri Haji Jaya Kusunu naik
tahta dan juga setelah mendapatkan pewarah-warahan dari Bhatari Dhurga atas
permohonannya , maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak
ada Galungan buwung atau tidak ada Galungan batal
3. Kuningan.
A. Pengertian
Hari Raya Kuningan
Hari suci Kuningan merupakan hari hari suci agama hindu
yang dirayakan setiap 6 bulan sekali (210) sekali, yaitu setiap hari sabtu
kliwon wuku kuningan, 10 hari setelah hari raya galungan.
Hari kuningan merupakan hari resepsi bagi hari raya
galungan, sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma yang pemujaannya
ditunjukkan kepada para Dewa dan pitara agar turun melaksanakan pensucian serta
mukti atau mkenikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Penyelenggaraan
upacara kuningan disyaratkan supaya dfilaksanakan semasih pagi, dan tidak
dibenarkan setelah matahari condong kebarat.
Sarana upacara sebagai
symbol kesemarakan, kemeriahan terdiri dari berbagai macam jejahitan yang
mempunyai simbolis sebagai alat-alat perang yang diperadekan, seperti : Tamiang
Kolem ,Ter, Endongan, Wayang-Wayang, dan lain sejenisnya..
Tujuan dirayakan hari
raya kuningan ini adalah untuk memohon kesantosaan , kedirgayusaan, serta
perlindungan dan tuntunan lahir dan bathin.
B. Makna Hari Raya Kuningan.
Di
dalam, kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi symbol tamiang dan
endongan, dimana makna tamiang memiliki lambing perlindungan dan juga
melambangkan perputaran roda alam yang mengingatkan manusia pada hokum alam.
Jika
masyarakat tak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau tidak taat dengan hokum
alam, resikonya akan tergilas oleh roda alam. Oleh karena itu melalui perayaan
ini umat diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis (hita) ,
sedangkan endongan maknanya adalah perbekalan . bekal yang paling utama dalam
mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan Bhakti (jnana).
Sedangkan
senjata yang paling ampuh adalah ketenangan fikiran., perayaan ini juga
dimaksudkan agar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, dan mensyukuri karuniannya. Melalui perayaan ini umat umat juga dituntut
selalu ingat menyamabraya , meningkatkan parsatuan dan solidaritas siosial.
Selain itu juga ,
melalui rerainan umat diharapkan selalu ingat pada lingkungan , sehingga
tercipta harmonisasi alam semesta
beserta isinya.
4. Hari Raya Pagerwesi
A. Pengertian
Hari Raya Pagerwesi
Kata pagerwesi artinya pagar dari besi.
Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang
dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau
dirusak.
Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk
memagari diri. Tuhan yang dipuja pada
hari ini adalah Sang Hyang Pramesti
Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur
segala yang buruk.
Dalam kedudukannya
sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama
manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun ,
semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini
dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon
Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi
, artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi
adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru .
Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi
hidup kita di Dunia ini
B. Makna Hari Raya Pagerwesi
Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar
Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari
payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini
mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Guru sejati.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang
paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan
sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita
didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata
nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah
artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan.
Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada
keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber
kemakmuran, yaitu :
1. Krsi,
yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
2. Goraksya,
yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
3. Wanujyam,
artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak
berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari
untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan
sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan
dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan
kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
Penjelasan
Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan
kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman.
Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah guru sejati. Karena itu amat ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para
pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam
lambing upacara Pagerwesi.
2.3 Hari Raya Pagerwesi
2.3.1
Pengertian Hari Raya Pagerwesi
Kata pagerwesi artinya pagar dari besi.
Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang
dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau
dirusak.
Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk
memagari diri. Tuhan yang dipuja pada
hari ini adalah Sang Hyang Pramesti
Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur
segala yang buruk.
Dalam kedudukannya
sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama
manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun ,
semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini
dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon
Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi
, artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya
pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai
Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk
melindungi hidup kita di Dunia ini
2.3.2. Makna Hari Raya Pagerwesi
Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar
Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari
payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini
mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Guru sejati.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang
paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan
sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita
didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata
nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah
artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya
tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru
agar ada keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber
kemakmuran, yaitu :
4. Krsi,
yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
5. Goraksya,
yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
6. Wanujyam,
artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak
berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari
untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan
sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan
dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan
kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
Penjelasan
Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan
kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman.
Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah guru sejati. Karena itu amat ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para
pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam
lambing upacara Pagerwesi.
Disusun
Oleh :
Ni
WAYAN DARMASUCI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2012/201
1.
HARI
RAYA SARASWATI
Sembahayang
kehaqdapan Sang Hyang Saraswati pada hari raya Sarasvati atau pada
memujanya sebagai sarasvati .
omSarasvati namastubhyam
varade kama rupini ,
siddhrambha karisyami
saddhir bhavantu me sada
Stuti &
Stava 839.1.
Artunya:
Om Hyang Sarasvati
dalam wujud –Mu sebagai
pemberian berkah, terwujud dalam
bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan
selalu sukses atas karunia-Mu.
Hari raya Saraswati merupakan
manifestasi-Nya sebagai Dewanya Ilmu pengetahuan, yang juga disebut hari
Pawedalan Sang Hyang Haji Saraswati.
Saraswati adalah hari suci yang
dimulaikan oleh para pelajar,guru, orang
yang menekuni berbagai cabang ilmu pengetahuan serta rohaniawan. Hari
Saraswati yang datang setiap 6 bulan sekali atau 210 hari , ini jatuh pada hari sabtu Umanis wuku Watugunung.
Perayaan Hari Raya Saraswati bertujuan untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam
kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan
dan ilmu kesucian . pada hari raya saraswati ini semua buku-buku suci
,lontar –lontar dan lainnya diberikan uparcara sebagai lambang pemujaan Dewi
Saraswati sebagai dewi Ilmu pengetahuan . Pada malam harinya diadakan malam
sastra yang disebut dengan sambang samadhi. Kegiatan ini biasanya dilakukan
dengan bagadang semalam suntuk dengan
membaca kitab-kitab suci dan mendharmatulakan (mendiskusikan) isinya . Keesokan
harinya pada hari minggunya wuku sinta disebut Banyu pinaruh.Pada hari itu umat
hindu pergi kelaut atu pergi ketempat
tirta yang suci ,untuk memohon berkah anugrah dari Dewi Sarasvati.
Dewi Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma sebagai lambang penciptaan
Ilmu pengetahuan yang suci. Dewi Saraswati digambarkan dengan dewi yang sangat
cantik dan bertangan empat yang masing-masing membawa alamat-alamat sebagai
berikut:
Tujuan lain pelaksanaan hari raya
Saraswati yaitu ilmu pengetahuan merupakan harta yang tak trenilai harganya ,
sebab selama manusia itu hidup , ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak akan habis atau berkurang malahan akan bertambah terus sesuai
dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan.Lainnya dengan harta benda yang
sewaktu –waktu bisa habis , kalau tidak cermat memanfaatkannya. Ilmu
pengetahuan merupakan senjata yang utama dalam meningkatkan kehidupan di dinia
ini. Orang bisa mencapai kedudukan yang terhormat kewibawaan, kemuliaan kalau memiliki Ilmu
pengetahuan yang tinggi
2. Galungan.
A. PENGERTIA GALUNGAN
Hari raya Galungan
merupakan hari suci Agama Hindu berdasarkan Pawukon yang datangnya setiap 6
bulan sekali , tepatnya hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan yang merupakan puncak
upacara peringatan terhadap hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Sebagai
hari pawedalan jagat dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setioap
tempat-tempat suci, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sembahyang.
Dua
hari sebelum Galungan, yaitu pada hari
senin Pon Wuku Dungulan adalah hari Penyajan Galungan. Hari ini dipergunakan
sebagai persiapan membuat jajan , juga dimaksudkan sebagai hari-hari yang patut diwaspadai terhadap godaan Sang
Kala Tiga Wisesa dalam wujud Bhuta Dungulan. Hari penyajan bermakna sebagai
hari kesungguhan hati untuk menyambut dan merayakan Galungan.
Sehari
sebelum Galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan disebut hari
penampahan. Pada hari ini dilaksanakan untuk memotong hewan, membuat sate, dan
lawar untuk sesajen. Sedangkan pada sore hari setelah selesai memasak diselenggaraka upacara Mabyakala
dan lanjut para Bapak atau pemudanya
mulai memasang Penjor.
B. Makna Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan
mengandung makna untuk pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
telah diciptakan dengan segala isinya. Selain itu juga galungan merupakan hari
kemenangan Dharma melawan Adharma. Galungan juga merupakan suatu upacara sakral
yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup
yang berasal dari Adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran
(dharma) dalam diri manusia.
Selain itu juga memberi
kemampuan untuk membeda-bedakan
kecenderungan kedewaan (dewa sampad) dan kecenderungan keraksasaan (asuri
sampad).
Mengenai makna Galungan, dalam lontar Sunarigama
dijelaskan sebagai berikut :
Budha
Kliwon Dungulan ngaran Galungan patitis ikang janyana Samadhi , galang apadang maryakena sarwa
byapaning idep.
Yang artinya : Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan
, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk
melenyapkan segala kekacauan fikiran. Jadi inti galungan adalah menyatukan
kekuatan rohani agar mendapat fikiran dan pendirian yang tenang.
Bersatunya
rohani dan fikiran yang terang inilah
wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan fikiran itu adalah wujud
adharma. Dari konsepsi lontar sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa
hakikat Galungan merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
C. Histori Hari Raya Galungan
Hari
raya galungan diperkirakan sudah ada di Indonesia sejak abad ke XI. Hal ini
didasarkan atas antara lain :
Kidung Panji Malat Rasmi dan Paraton kerajaan Majapahit. Perayaan
semacam ini di India dinamakan hari raya Sraddha Wijaya Dasami.
Di
Bali sebelum pemerintahan raja Sri Jaya Kusunu, perayaan Galungan pernah tidak
dilaksanakan, oleh karena raja-raja pada jaman itru kurang memperhatikan
upacara keagamaan.
Hal
tersebut dapat mengakibatkan kehidupan rakyat sangat menderita dan umur
raja-raja sangat pendek-pendek. Kemudian setelah Sri Haji Jaya Kusunu naik
tahta dan juga setelah mendapatkan pewarah-warahan dari Bhatari Dhurga atas
permohonannya , maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak
ada Galungan buwung atau tidak ada Galungan batal
3. Kuningan.
A. Pengertian
Hari Raya Kuningan
Hari suci Kuningan merupakan hari hari suci agama hindu
yang dirayakan setiap 6 bulan sekali (210) sekali, yaitu setiap hari sabtu
kliwon wuku kuningan, 10 hari setelah hari raya galungan.
Hari kuningan merupakan hari resepsi bagi hari raya
galungan, sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma yang pemujaannya
ditunjukkan kepada para Dewa dan pitara agar turun melaksanakan pensucian serta
mukti atau mkenikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Penyelenggaraan
upacara kuningan disyaratkan supaya dfilaksanakan semasih pagi, dan tidak
dibenarkan setelah matahari condong kebarat.
Sarana upacara sebagai
symbol kesemarakan, kemeriahan terdiri dari berbagai macam jejahitan yang
mempunyai simbolis sebagai alat-alat perang yang diperadekan, seperti : Tamiang
Kolem ,Ter, Endongan, Wayang-Wayang, dan lain sejenisnya..
Tujuan dirayakan hari
raya kuningan ini adalah untuk memohon kesantosaan , kedirgayusaan, serta
perlindungan dan tuntunan lahir dan bathin.
B. Makna Hari Raya Kuningan.
Di
dalam, kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi symbol tamiang dan
endongan, dimana makna tamiang memiliki lambing perlindungan dan juga
melambangkan perputaran roda alam yang mengingatkan manusia pada hokum alam.
Jika
masyarakat tak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau tidak taat dengan hokum
alam, resikonya akan tergilas oleh roda alam. Oleh karena itu melalui perayaan
ini umat diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis (hita) ,
sedangkan endongan maknanya adalah perbekalan . bekal yang paling utama dalam
mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan Bhakti (jnana).
Sedangkan
senjata yang paling ampuh adalah ketenangan fikiran., perayaan ini juga
dimaksudkan agar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, dan mensyukuri karuniannya. Melalui perayaan ini umat umat juga dituntut
selalu ingat menyamabraya , meningkatkan parsatuan dan solidaritas siosial.
Selain itu juga ,
melalui rerainan umat diharapkan selalu ingat pada lingkungan , sehingga
tercipta harmonisasi alam semesta
beserta isinya.
4. Hari Raya Pagerwesi
A. Pengertian
Hari Raya Pagerwesi
Kata pagerwesi artinya pagar dari besi.
Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang
dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau
dirusak.
Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk
memagari diri. Tuhan yang dipuja pada
hari ini adalah Sang Hyang Pramesti
Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur
segala yang buruk.
Dalam kedudukannya
sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama
manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun ,
semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini
dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon
Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi
, artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi
adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru .
Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi
hidup kita di Dunia ini
B. Makna Hari Raya Pagerwesi
Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar
Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari
payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini
mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Guru sejati.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang
paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan
sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita
didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata
nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah
artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan.
Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada
keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber
kemakmuran, yaitu :
1. Krsi,
yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
2. Goraksya,
yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
3. Wanujyam,
artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak
berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari
untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan
sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan
dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan
kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
Penjelasan
Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan
kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman.
Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah guru sejati. Karena itu amat ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para
pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam
lambing upacara Pagerwesi.
2.3 Hari Raya Pagerwesi
2.3.1
Pengertian Hari Raya Pagerwesi
Kata pagerwesi artinya pagar dari besi.
Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang
dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau
dirusak.
Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk
memagari diri. Tuhan yang dipuja pada
hari ini adalah Sang Hyang Pramesti
Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur
segala yang buruk.
Dalam kedudukannya
sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama
manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun ,
semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini
dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon
Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi
, artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya
pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai
Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk
melindungi hidup kita di Dunia ini
2.3.2. Makna Hari Raya Pagerwesi
Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar
Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari
payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini
mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya
sebagai Guru sejati.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang
paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan
sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita
didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata
nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah
artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya
tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru
agar ada keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber
kemakmuran, yaitu :
4. Krsi,
yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
5. Goraksya,
yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
6. Wanujyam,
artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak
berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari
untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan
sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan
dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan
kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
Penjelasan
Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan
kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman.
Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah guru sejati. Karena itu amat ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para
pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam
lambing upacara Pagerwesi.https://docs.google.com/file/d/0B-Es3BOgFkLBUXBocUFBVlZvdkU/edit