Jumat, 25 Januari 2013

hari raya suci berdasarkan pawukon



HARI SUCI AGAMA HINDU
BESARAKAN PAWUKON

                                   logo-stah-231x300.jpg

Disusun Oleh :
Ni WAYAN DARMASUCI

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA                                                                                        
2012/201
1.  HARI RAYA SARASWATI
Sembahayang kehaqdapan Sang Hyang Saraswati pada hari raya Sarasvati atau pada memujanya  sebagai sarasvati .
omSarasvati namastubhyam  
varade kama rupini ,
siddhrambha karisyami
saddhir bhavantu   me sada
                                    Stuti & Stava 839.1.
Artunya:
Om Hyang  Sarasvati  dalam wujud –Mu sebagai  pemberian  berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas karunia-Mu.
Hari raya Saraswati merupakan  manifestasi-Nya sebagai Dewanya Ilmu pengetahuan, yang juga disebut hari Pawedalan Sang Hyang Haji  Saraswati. Saraswati  adalah hari suci yang dimulaikan oleh para pelajar,guru, orang  yang menekuni berbagai cabang ilmu pengetahuan serta rohaniawan. Hari Saraswati yang datang setiap 6 bulan sekali atau 210 hari , ini jatuh  pada hari sabtu Umanis wuku Watugunung.
Perayaan Hari Raya Saraswati bertujuan untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan  dan ilmu kesucian . pada hari raya saraswati ini semua buku-buku suci ,lontar –lontar dan lainnya diberikan uparcara sebagai lambang pemujaan Dewi Saraswati sebagai dewi Ilmu pengetahuan . Pada malam harinya diadakan malam sastra yang disebut dengan sambang samadhi. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan  bagadang semalam suntuk dengan membaca kitab-kitab suci dan mendharmatulakan (mendiskusikan) isinya . Keesokan harinya pada hari minggunya wuku sinta disebut Banyu pinaruh.Pada hari itu umat hindu  pergi kelaut atu pergi ketempat tirta yang suci ,untuk memohon berkah anugrah dari Dewi Sarasvati.
Dewi Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma sebagai lambang penciptaan Ilmu pengetahuan yang suci. Dewi Saraswati digambarkan dengan dewi yang sangat cantik dan bertangan empat yang masing-masing membawa alamat-alamat sebagai berikut:
Tujuan lain pelaksanaan hari  raya Saraswati yaitu ilmu pengetahuan merupakan harta yang tak trenilai harganya , sebab selama manusia itu hidup , ilmu pengetahuan  yang dimilikinya tidak akan habis atau  berkurang malahan akan bertambah terus sesuai dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan.Lainnya dengan harta benda yang sewaktu –waktu bisa habis , kalau tidak cermat memanfaatkannya. Ilmu pengetahuan merupakan senjata yang utama dalam meningkatkan kehidupan di dinia ini. Orang bisa mencapai kedudukan yang terhormat  kewibawaan, kemuliaan kalau memiliki Ilmu pengetahuan yang tinggi
                             
2.   Galungan.
A.  PENGERTIA GALUNGAN
Hari raya Galungan merupakan hari suci Agama Hindu berdasarkan Pawukon yang datangnya setiap 6 bulan sekali , tepatnya hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan yang merupakan puncak upacara peringatan terhadap hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Sebagai hari pawedalan jagat dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setioap tempat-tempat suci, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sembahyang.
          Dua hari sebelum  Galungan, yaitu pada hari senin Pon Wuku Dungulan adalah hari Penyajan Galungan. Hari ini dipergunakan sebagai persiapan membuat jajan , juga dimaksudkan sebagai hari-hari  yang patut diwaspadai terhadap godaan Sang Kala Tiga Wisesa dalam wujud Bhuta Dungulan. Hari penyajan bermakna sebagai hari kesungguhan hati untuk menyambut dan merayakan Galungan.
          Sehari sebelum Galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan disebut hari penampahan. Pada hari ini dilaksanakan untuk memotong hewan, membuat sate, dan lawar untuk sesajen. Sedangkan pada sore hari setelah  selesai memasak diselenggaraka upacara Mabyakala dan lanjut para Bapak atau pemudanya  mulai memasang Penjor.



B.    Makna Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan mengandung makna untuk pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena telah diciptakan dengan segala isinya. Selain itu juga galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Galungan juga merupakan suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup yang berasal dari Adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran (dharma) dalam diri manusia.
Selain itu juga memberi kemampuan untuk  membeda-bedakan kecenderungan kedewaan (dewa sampad) dan kecenderungan keraksasaan (asuri sampad).
Mengenai makna Galungan, dalam lontar Sunarigama dijelaskan sebagai berikut :                                                                                                                           Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan patitis ikang janyana  Samadhi , galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.
Yang artinya : Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan , arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan fikiran. Jadi inti galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat fikiran dan pendirian yang tenang.
          Bersatunya rohani dan fikiran yang terang  inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan fikiran itu adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
                                                                                                                                                   

C.    Histori Hari Raya Galungan
          Hari raya galungan diperkirakan sudah ada di Indonesia sejak abad ke XI. Hal ini didasarkan atas antara lain :                                                                                     Kidung Panji Malat Rasmi dan Paraton kerajaan Majapahit. Perayaan semacam ini di India dinamakan hari raya Sraddha Wijaya Dasami.
          Di Bali sebelum pemerintahan raja Sri Jaya Kusunu, perayaan Galungan pernah tidak dilaksanakan, oleh karena raja-raja pada jaman itru kurang memperhatikan upacara keagamaan.
          Hal tersebut dapat mengakibatkan kehidupan rakyat sangat menderita dan umur raja-raja sangat pendek-pendek. Kemudian setelah Sri Haji Jaya Kusunu naik tahta dan juga setelah mendapatkan pewarah-warahan dari Bhatari Dhurga atas permohonannya , maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak ada Galungan buwung atau tidak ada Galungan batal

3.  Kuningan.
A.  Pengertian Hari Raya Kuningan
          Hari suci Kuningan merupakan hari hari suci agama hindu yang dirayakan setiap 6 bulan sekali (210) sekali, yaitu setiap hari sabtu kliwon wuku kuningan, 10 hari setelah hari raya galungan.
          Hari kuningan merupakan hari resepsi bagi hari raya galungan, sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma yang pemujaannya ditunjukkan kepada para Dewa dan pitara agar turun melaksanakan pensucian serta mukti atau mkenikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Penyelenggaraan upacara kuningan disyaratkan supaya dfilaksanakan semasih pagi, dan tidak dibenarkan setelah matahari condong kebarat.
Sarana upacara sebagai symbol kesemarakan, kemeriahan terdiri dari berbagai macam jejahitan yang mempunyai simbolis sebagai alat-alat perang yang diperadekan, seperti : Tamiang Kolem ,Ter, Endongan, Wayang-Wayang, dan lain sejenisnya..
Tujuan dirayakan hari raya kuningan ini adalah untuk memohon kesantosaan , kedirgayusaan, serta perlindungan dan tuntunan lahir dan bathin.


B.    Makna Hari Raya Kuningan.
          Di dalam, kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi symbol tamiang dan endongan, dimana makna tamiang memiliki lambing perlindungan dan juga melambangkan perputaran roda alam yang mengingatkan manusia pada hokum alam.
          Jika masyarakat tak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau tidak taat dengan hokum alam, resikonya akan tergilas oleh roda alam. Oleh karena itu melalui perayaan ini umat diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis (hita) , sedangkan endongan maknanya adalah perbekalan . bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan Bhakti (jnana).
          Sedangkan senjata yang paling ampuh adalah ketenangan fikiran., perayaan ini juga dimaksudkan agar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan mensyukuri karuniannya. Melalui perayaan ini umat umat juga dituntut selalu ingat menyamabraya , meningkatkan parsatuan dan solidaritas siosial.
Selain itu juga , melalui rerainan umat diharapkan selalu ingat pada lingkungan , sehingga tercipta harmonisasi  alam semesta beserta isinya.



4.  Hari Raya Pagerwesi
A.  Pengertian Hari Raya Pagerwesi
               Kata pagerwesi artinya pagar dari besi. Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau dirusak.
 Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk memagari  diri. Tuhan yang dipuja pada hari ini adalah  Sang Hyang Pramesti Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur segala yang buruk.
Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun , semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi , artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi hidup kita di Dunia ini
     



B.    Makna Hari Raya Pagerwesi
                Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Guru sejati.
              Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
            Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada keseimbangan.
           Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran, yaitu :
1.    Krsi, yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
2.    Goraksya, yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
3.    Wanujyam, artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
          Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah  guru sejati. Karena itu amat  ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam lambing upacara Pagerwesi.

         












                                                                                           












2.3 Hari Raya Pagerwesi
     2.3.1 Pengertian Hari Raya Pagerwesi
               Kata pagerwesi artinya pagar dari besi. Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau dirusak.
 Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk memagari  diri. Tuhan yang dipuja pada hari ini adalah  Sang Hyang Pramesti Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur segala yang buruk.
Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun , semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi , artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi hidup kita di Dunia ini
     



2.3.2. Makna Hari Raya Pagerwesi
                Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Guru sejati.
              Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
            Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada keseimbangan.
           Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran, yaitu :
4.    Krsi, yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
5.    Goraksya, yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
6.    Wanujyam, artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
          Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah  guru sejati. Karena itu amat  ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam lambing upacara Pagerwesi.

         







         
















 

                                   logo-stah-231x300.jpg

Disusun Oleh :
Ni WAYAN DARMASUCI

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU DHARMA NUSANTARA
JAKARTA                                                                                        
2012/201
1.  HARI RAYA SARASWATI
Sembahayang kehaqdapan Sang Hyang Saraswati pada hari raya Sarasvati atau pada memujanya  sebagai sarasvati .
omSarasvati namastubhyam  
varade kama rupini ,
siddhrambha karisyami
saddhir bhavantu   me sada
                                    Stuti & Stava 839.1.
Artunya:
Om Hyang  Sarasvati  dalam wujud –Mu sebagai  pemberian  berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas karunia-Mu.
Hari raya Saraswati merupakan  manifestasi-Nya sebagai Dewanya Ilmu pengetahuan, yang juga disebut hari Pawedalan Sang Hyang Haji  Saraswati. Saraswati  adalah hari suci yang dimulaikan oleh para pelajar,guru, orang  yang menekuni berbagai cabang ilmu pengetahuan serta rohaniawan. Hari Saraswati yang datang setiap 6 bulan sekali atau 210 hari , ini jatuh  pada hari sabtu Umanis wuku Watugunung.
Perayaan Hari Raya Saraswati bertujuan untuk memuja Sang Hyang Widhi dalam kekuatannya menciptakan ilmu pengetahuan  dan ilmu kesucian . pada hari raya saraswati ini semua buku-buku suci ,lontar –lontar dan lainnya diberikan uparcara sebagai lambang pemujaan Dewi Saraswati sebagai dewi Ilmu pengetahuan . Pada malam harinya diadakan malam sastra yang disebut dengan sambang samadhi. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan  bagadang semalam suntuk dengan membaca kitab-kitab suci dan mendharmatulakan (mendiskusikan) isinya . Keesokan harinya pada hari minggunya wuku sinta disebut Banyu pinaruh.Pada hari itu umat hindu  pergi kelaut atu pergi ketempat tirta yang suci ,untuk memohon berkah anugrah dari Dewi Sarasvati.
Dewi Saraswati adalah sakti dari Dewa Brahma sebagai lambang penciptaan Ilmu pengetahuan yang suci. Dewi Saraswati digambarkan dengan dewi yang sangat cantik dan bertangan empat yang masing-masing membawa alamat-alamat sebagai berikut:
Tujuan lain pelaksanaan hari  raya Saraswati yaitu ilmu pengetahuan merupakan harta yang tak trenilai harganya , sebab selama manusia itu hidup , ilmu pengetahuan  yang dimilikinya tidak akan habis atau  berkurang malahan akan bertambah terus sesuai dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan.Lainnya dengan harta benda yang sewaktu –waktu bisa habis , kalau tidak cermat memanfaatkannya. Ilmu pengetahuan merupakan senjata yang utama dalam meningkatkan kehidupan di dinia ini. Orang bisa mencapai kedudukan yang terhormat  kewibawaan, kemuliaan kalau memiliki Ilmu pengetahuan yang tinggi
                             
2.   Galungan.
A.  PENGERTIA GALUNGAN
Hari raya Galungan merupakan hari suci Agama Hindu berdasarkan Pawukon yang datangnya setiap 6 bulan sekali , tepatnya hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan yang merupakan puncak upacara peringatan terhadap hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Sebagai hari pawedalan jagat dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setioap tempat-tempat suci, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sembahyang.
          Dua hari sebelum  Galungan, yaitu pada hari senin Pon Wuku Dungulan adalah hari Penyajan Galungan. Hari ini dipergunakan sebagai persiapan membuat jajan , juga dimaksudkan sebagai hari-hari  yang patut diwaspadai terhadap godaan Sang Kala Tiga Wisesa dalam wujud Bhuta Dungulan. Hari penyajan bermakna sebagai hari kesungguhan hati untuk menyambut dan merayakan Galungan.
          Sehari sebelum Galungan, yaitu pada hari selasa Wage wuku Dungulan disebut hari penampahan. Pada hari ini dilaksanakan untuk memotong hewan, membuat sate, dan lawar untuk sesajen. Sedangkan pada sore hari setelah  selesai memasak diselenggaraka upacara Mabyakala dan lanjut para Bapak atau pemudanya  mulai memasang Penjor.



B.    Makna Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan mengandung makna untuk pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena telah diciptakan dengan segala isinya. Selain itu juga galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Galungan juga merupakan suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup yang berasal dari Adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran (dharma) dalam diri manusia.
Selain itu juga memberi kemampuan untuk  membeda-bedakan kecenderungan kedewaan (dewa sampad) dan kecenderungan keraksasaan (asuri sampad).
Mengenai makna Galungan, dalam lontar Sunarigama dijelaskan sebagai berikut :                                                                                                                           Budha Kliwon Dungulan ngaran Galungan patitis ikang janyana  Samadhi , galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.
Yang artinya : Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan , arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan fikiran. Jadi inti galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat fikiran dan pendirian yang tenang.
          Bersatunya rohani dan fikiran yang terang  inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan fikiran itu adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
                                                                                                                                                   

C.    Histori Hari Raya Galungan
          Hari raya galungan diperkirakan sudah ada di Indonesia sejak abad ke XI. Hal ini didasarkan atas antara lain :                                                                                     Kidung Panji Malat Rasmi dan Paraton kerajaan Majapahit. Perayaan semacam ini di India dinamakan hari raya Sraddha Wijaya Dasami.
          Di Bali sebelum pemerintahan raja Sri Jaya Kusunu, perayaan Galungan pernah tidak dilaksanakan, oleh karena raja-raja pada jaman itru kurang memperhatikan upacara keagamaan.
          Hal tersebut dapat mengakibatkan kehidupan rakyat sangat menderita dan umur raja-raja sangat pendek-pendek. Kemudian setelah Sri Haji Jaya Kusunu naik tahta dan juga setelah mendapatkan pewarah-warahan dari Bhatari Dhurga atas permohonannya , maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak ada Galungan buwung atau tidak ada Galungan batal

3.  Kuningan.
A.  Pengertian Hari Raya Kuningan
          Hari suci Kuningan merupakan hari hari suci agama hindu yang dirayakan setiap 6 bulan sekali (210) sekali, yaitu setiap hari sabtu kliwon wuku kuningan, 10 hari setelah hari raya galungan.
          Hari kuningan merupakan hari resepsi bagi hari raya galungan, sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma yang pemujaannya ditunjukkan kepada para Dewa dan pitara agar turun melaksanakan pensucian serta mukti atau mkenikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Penyelenggaraan upacara kuningan disyaratkan supaya dfilaksanakan semasih pagi, dan tidak dibenarkan setelah matahari condong kebarat.
Sarana upacara sebagai symbol kesemarakan, kemeriahan terdiri dari berbagai macam jejahitan yang mempunyai simbolis sebagai alat-alat perang yang diperadekan, seperti : Tamiang Kolem ,Ter, Endongan, Wayang-Wayang, dan lain sejenisnya..
Tujuan dirayakan hari raya kuningan ini adalah untuk memohon kesantosaan , kedirgayusaan, serta perlindungan dan tuntunan lahir dan bathin.


B.    Makna Hari Raya Kuningan.
          Di dalam, kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi symbol tamiang dan endongan, dimana makna tamiang memiliki lambing perlindungan dan juga melambangkan perputaran roda alam yang mengingatkan manusia pada hokum alam.
          Jika masyarakat tak mampu menyesuaikan diri dengan alam atau tidak taat dengan hokum alam, resikonya akan tergilas oleh roda alam. Oleh karena itu melalui perayaan ini umat diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang harmonis (hita) , sedangkan endongan maknanya adalah perbekalan . bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan Bhakti (jnana).
          Sedangkan senjata yang paling ampuh adalah ketenangan fikiran., perayaan ini juga dimaksudkan agar umat selalu ingat kepada Sang Pencipta/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan mensyukuri karuniannya. Melalui perayaan ini umat umat juga dituntut selalu ingat menyamabraya , meningkatkan parsatuan dan solidaritas siosial.
Selain itu juga , melalui rerainan umat diharapkan selalu ingat pada lingkungan , sehingga tercipta harmonisasi  alam semesta beserta isinya.



4.  Hari Raya Pagerwesi
A.  Pengertian Hari Raya Pagerwesi
               Kata pagerwesi artinya pagar dari besi. Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau dirusak.
 Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk memagari  diri. Tuhan yang dipuja pada hari ini adalah  Sang Hyang Pramesti Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur segala yang buruk.
Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun , semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi , artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi hidup kita di Dunia ini
     



B.    Makna Hari Raya Pagerwesi
                Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Guru sejati.
              Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
            Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada keseimbangan.
           Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran, yaitu :
1.    Krsi, yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
2.    Goraksya, yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
3.    Wanujyam, artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
          Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah  guru sejati. Karena itu amat  ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam lambing upacara Pagerwesi.

         












                                                                                           












2.3 Hari Raya Pagerwesi
     2.3.1 Pengertian Hari Raya Pagerwesi
               Kata pagerwesi artinya pagar dari besi. Ini melambangkan suatu perliundungan yang kuat atau kokoh. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar tidak mendapat gangguan atau dirusak.
 Hari raya pagerwesi ini adalah hari untuk memagari  diri. Tuhan yang dipuja pada hari ini adalah  Sang Hyang Pramesti Guru. Nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasinya Tuhan untuk melebur segala yang buruk.
Dalam kedudukannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia . karena manusia hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun , semua tindakan jadi ngawur.
Hari raya pagerwesi ini dilaksanakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Shinta. Sama halnya dengan Galungan, pagerwesi termasuk juga rerainan gumi , artinya hari raya untuk semua masyarakat , baik pendeta maupun umat walaka.
Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang baik untuk mendekatkan atman kepada Brahman sebagai Guru . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan pagerwesi untuk melindungi hidup kita di Dunia ini
     



2.3.2. Makna Hari Raya Pagerwesi
                Sebagaimana telah disebutkan dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada budha kliwon Shinta , merupakan hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh dewata nawa sanga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Pramesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Guru sejati.
              Pada hari raya pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati . pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita didunia ini . disamping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama dewata nawa sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh’.
            Ngawerdhiaken artinya mengembangkan tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan , tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan. Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlukah kita berguru agar ada keseimbangan.
           Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran, yaitu :
4.    Krsi, yang artinya pertanian ( sarwa tumuwuh).
5.    Goraksya, yang artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
6.    Wanujyam, artinya perdagangan.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumiwah dan sarwa tumuwuh. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan , tuhan sebagai pramesti guru.
Dalam Manawa Dharmasastra V. 109, Disebutkan :
Atma dibersihkan dengan tapa brathabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) ,manah (fikiran), dan dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut Satya.
          Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pula lah  guru sejati. Karena itu amat  ditekankan opada hari raya pagerwesi. Para pandita agar Ngagra,mapasang Lingga.
Demikian sepintas filosopis yang terkandung dalam lambing upacara Pagerwesi.https://docs.google.com/file/d/0B-Es3BOgFkLBUXBocUFBVlZvdkU/edit